Trump Ancam Tangkap Zohran Mamdani Jika Tolak Kerja Sama dengan ICE

Trump Ancam Tangkap Zohran Mamdani Jika Tolak Kerja Sama dengan ICE

blkbanyuwangi.com – Presiden Donald Trump kembali menuai sorotan. Ia mengeluarkan ancaman terhadap politisi New York, Zohran Mamdani, setelah Mamdani menyatakan sikap menentang operasi deportasi yang dilakukan oleh agen ICE bertopeng. Ancaman itu Trump sampaikan saat kunjungan ke pusat penahanan migran di kawasan Everglades, Florida.

Trump menyebut Mamdani sebagai komunis. Ia juga menyiratkan kemungkinan penangkapan jika Mamdani tidak mendukung upaya deportasi. “Kalau dia menolak kerja sama, kita tangkap saja,” ucap Trump di hadapan wartawan.

Trump Ulangi Tuduhan dan Sebut Mamdani Ilegal

Trump tidak hanya menyebut Mamdani sebagai komunis. Ia juga menyinggung rumor soal status kewarganegaraan Mamdani. “Banyak orang bilang dia tinggal di sini secara ilegal,” kata Trump.

Faktanya, Mamdani sudah menjadi warga negara Amerika Serikat sejak tahun 2018. Ia tinggal di AS sejak usia tujuh tahun. Namun, Trump tetap menegaskan akan “mengawasi” Mamdani secara pribadi demi kepentingan bangsa.

Sebelum meninggalkan Gedung Putih, Trump kembali melontarkan serangan verbal. Ia menyebut Mamdani sebagai “orang gila total” dan ancaman buruk bagi New York. Ia bahkan mengancam akan memblokir pendanaan federal jika Mamdani tidak “melakukan hal yang benar”.

Mamdani Tanggapi Tegas: “Kami Tidak Akan Takut”

Mamdani langsung menanggapi pernyataan Trump. Ia menyebut ancaman itu sebagai bentuk intimidasi terhadap demokrasi dan kebebasan warga. Dalam pernyataannya, Mamdani mengatakan, “Jika kamu bersuara, mereka akan datang mengejarmu. Tapi kami tidak akan diam.”

Ia juga menolak tunduk pada tekanan politik. Menurutnya, warga New York punya hak untuk hidup tanpa rasa takut. Ia menegaskan akan terus memperjuangkan hak-hak masyarakat, termasuk melindungi mereka dari deportasi yang sewenang-wenang.

Siap Bekerja Sama, Tapi Bukan untuk Merugikan Warga

Dalam wawancara dengan ABC News, Mamdani menyatakan kesiapannya bekerja sama dengan pemerintah pusat. Namun, ia memberi batasan tegas. “Saya akan bekerja sama jika kebijakan itu menguntungkan warga New York. Tapi jika justru merugikan mereka, saya akan menolak,” ujarnya.

Mamdani menegaskan bahwa pendekatannya tidak akan bersifat emosional. Ia menilai semua kebijakan secara objektif, bukan berdasarkan siapa yang membuatnya, melainkan dampaknya bagi masyarakat.

Bantah Tuduhan Komunis

Saat hadir dalam program Meet the Press di NBC, Mamdani menanggapi tuduhan “komunis” dengan tenang. Ia menegaskan bahwa dirinya bukan komunis. Menurutnya, Trump menggunakan isu itu untuk mengalihkan perhatian publik dari masalah yang sebenarnya.

“Saya sadar, Trump akan bicara soal penampilan saya, asal saya, atau latar belakang saya. Tapi itu hanya taktik untuk menghindari perdebatan soal isu yang penting,” kata Mamdani. Ia menegaskan fokus perjuangannya tetap pada rakyat pekerja yang selama ini merasa dikhianati.

Unggul dalam Pemilihan, Siap Tantang Kandidat Lain

Hasil pemungutan suara sementara dari Komisi Pemilihan New York menunjukkan Mamdani unggul dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat. Ia meraih 56% suara, sementara mantan Gubernur Andrew Cuomo mendapat 44%.

Meskipun hasil akhir belum diumumkan, tren suara menunjukkan keunggulan Mamdani tetap stabil. Cuomo berencana maju melalui jalur independen dengan slogan “Fight and Deliver”. Sementara itu, Eric Adams dan Curtis Sliwa juga dipastikan ikut bertarung dalam pemilihan wali kota mendatang.

Penutup

Perseteruan antara Trump dan Mamdani menggambarkan ketegangan politik yang makin meruncing di Amerika. Mamdani tetap konsisten menyuarakan perlindungan terhadap hak-hak imigran dan warga rentan. Sementara Trump memilih jalur serangan pribadi untuk melemahkan lawannya.

blkbanyuwangi.com akan terus memantau perkembangan ini. Dinamika antara pemerintah pusat dan calon wali kota New York bisa membawa dampak besar terhadap kebijakan nasional, khususnya yang menyangkut imigrasi dan hak sipil.