Demo Mahasiswa di Ibu Kota: Tuntut Transparansi dan Perbaikan Sistem Pendidikan

https://blkbanyuwangi.com/

Hari ini, jalanan ibu kota kembali dipenuhi suara lantang mahasiswa yang turun ke jalan. Bukan untuk sekadar cari perhatian atau hura-hura, tapi mereka punya misi penting menuntut transparansi dan perbaikan sistem pendidikan yang dinilai makin hari makin semrawut. Jujur aja, sebagai orang yang juga pernah duduk di bangku kuliah, gue paham banget kenapa mereka sampai segitunya.

“Kami Bukan Cuma Ngomel, Kami Punya Data!”

Salah satu hal yang bikin demo kali ini beda adalah pendekatannya. Para mahasiswa nggak asal koar-koar, mereka bawa data, kajian, dan tuntutan yang cukup jelas. Mereka menyoroti transparansi anggaran pendidikan yang menurut mereka masih banyak bolongnya. Katanya sih, dana triliunan buat pendidikan ada, tapi fasilitas kampus masih banyak yang bobrok, dosen honorer gajinya minim, dan biaya kuliah justru terus naik.

TRISULA88

Salah satu orator dari organisasi mahasiswa bahkan bilang gini, “Pendidikan seharusnya jadi hak semua orang, bukan cuma buat yang punya duit.” Dan gue setuju banget. Gimana negara mau maju kalau akses pendidikan berkualitas masih jadi barang mewah?

Sistem yang Ketinggalan Zaman

Selain soal transparansi dana, mahasiswa juga menyoroti sistem pendidikan yang dinilai sudah ketinggalan zaman. Kurikulum dianggap kurang relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Banyak lulusan yang masih bingung mau ngapain setelah wisuda. Gue pribadi sering lihat temen-temen yang udah lulus malah kerja di bidang yang sama sekali nggak nyambung sama jurusannya. Bukan salah mereka juga sih, tapi lebih ke arah sistem yang belum siap ngasih bekal dunia nyata.

“Kenapa kita masih belajar teori yang udah nggak dipakai lagi di dunia industri? Kenapa kampus nggak ngajarin soft skill, critical thinking, dan problem solving yang lebih dibutuhkan?” Itu pertanyaan yang terus-terusan dilontarkan di tengah kerumunan.

Aksi Damai, Tapi Penuh Tekanan

Meskipun demo berlangsung damai, tetap aja ada ketegangan. Aparat keamanan terlihat siaga di berbagai titik. Tapi salutnya, mahasiswa nggak terpancing emosi. Mereka tetap fokus menyampaikan aspirasi, bahkan ada yang membawa papan bertuliskan meme sindiran lucu tapi ngena. Salah satunya bertuliskan, “Wisuda online, utang kuliah nyata.” Sakit tapi nyata banget!

Gue juga sempat ngobrol sama salah satu peserta aksi. Namanya Rizky, mahasiswa semester akhir jurusan Teknik Sipil. Dia bilang, “Kami ini capek kuliah online bertahun-tahun, pas balik ke kampus malah disuruh bayar full. Padahal fasilitas nggak sepenuhnya kami pakai. Kita cuma pengen kejelasan, itu aja.”

Pemerintah Harus Dengar

Yang jadi pertanyaan sekarang: apakah suara mahasiswa ini bakal didengar? Pemerintah sih udah mulai buka suara, bilang mereka bakal evaluasi dan terbuka untuk dialog. Tapi janji doang nggak cukup. Mahasiswa pengen bukti konkret, bukan cuma wacana.

Kalau mau jujur, aksi ini bukan sekadar demo biasa. Ini semacam alarm keras buat semua pemangku kebijakan. Mahasiswa bukan musuh negara, mereka adalah bagian penting dari masa depan bangsa. Kalau suara mereka terus diabaikan, bisa jadi rasa kecewa itu berubah jadi apatis, dan itu bahaya banget buat demokrasi.

Penutup: Suara Mereka Adalah Suara Kita

Sebagai penulis yang juga pernah ngerasain jadi mahasiswa, gue paham banget rasa frustrasi mereka. Pendidikan itu fondasi bangsa. Kalau fondasinya goyah, jangan heran kalau bangunan di atasnya ikut roboh. Jadi, mari kita sama-sama dukung gerakan ini, bukan cuma dengan turun ke jalan, tapi juga dengan terus bersuara, berdiskusi, dan menyebarkan kesadaran.

Karena perubahan nggak datang dari diam, tapi dari keberanian untuk bersuara.