Raja Charles III Menghadapi Kritik atas Kebijakan Lingkungan
Raja Charles III, yang naik takhta pada tahun 2022 setelah wafatnya Ratu Elizabeth II, dikenal luas sebagai sosok yang sangat peduli terhadap isu lingkungan. Sejak muda, Charles telah aktif mengampanyekan pelestarian alam dan pertanian organik, bahkan mendirikan merek makanan organik Duchy Originals dan yayasan yang fokus pada konservasi hutan, seperti Hutan Harapan di Indonesia. Namun, meskipun reputasinya sebagai pejuang lingkungan cukup kuat, Raja Charles III juga menghadapi kritik dan tantangan terkait kebijakan lingkungan yang diusungnya sejak menjadi raja.
Kepedulian Lingkungan Raja Charles III
Sebagai Pangeran Wales, Charles sudah lama terlibat dalam berbagai inisiatif lingkungan. Ia mendirikan Accounting for Sustainability (A4S) pada 2004, sebuah inisiatif yang bertujuan mengintegrasikan aspek lingkungan dalam akuntansi dan bisnis. Selain itu, ia juga aktif menyerukan perlindungan hutan dan pengurangan polusi akibat pembakaran bahan bakar fosil sejak tahun 1970-an. Setelah menjadi raja, Charles berpotensi memperkenalkan kebijakan lingkungan yang lebih agresif untuk melindungi bumi, meskipun peran konstitusionalnya membatasi keterlibatannya secara langsung dalam politik pemerintahan.
Kritik dan Tantangan
Meskipun memiliki rekam jejak panjang dalam advokasi lingkungan, Raja Charles III menghadapi kritik terkait efektivitas dan batasan perannya sebagai monarki konstitusional. Sebagai raja, ia harus menarik diri dari campur tangan langsung dalam kebijakan politik, sehingga kebebasannya untuk mengampanyekan isu lingkungan menjadi terbatas5. Beberapa pengamat menilai bahwa peran simbolisnya tidak cukup untuk mendorong perubahan kebijakan yang signifikan di Inggris maupun secara global.
Kerja Sama Internasional dan Upaya Bersama
Raja Charles III juga aktif dalam diplomasi lingkungan. Pada November 2024, ia bertemu dengan Presiden Indonesia Prabowo Subianto di London untuk membahas isu pelestarian hutan dan lingkungan hidup. Dalam pertemuan tersebut, keduanya menemukan banyak kesamaan pandangan dan sepakat untuk bekerja sama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan pelestarian alam137. Raja Charles bahkan memberikan saran kepada Presiden Prabowo untuk bertemu dengan tokoh-tokoh internasional yang berpengaruh dalam bidang lingkungan, menunjukkan komitmennya untuk memperkuat jaringan kerja sama global.
Kesimpulan
Raja Charles III adalah figur monarki yang sangat peduli dan aktif dalam isu lingkungan sejak lama, dengan berbagai inisiatif yang mendukung pelestarian alam dan pertanian organik. Namun, sebagai raja konstitusional, ia menghadapi keterbatasan dalam mengimplementasikan kebijakan lingkungan secara langsung, yang menimbulkan kritik terkait efektivitas pengaruhnya. Konflik antara idealisme lingkungan dan kebijakan pemerintah yang pragmatis juga menjadi tantangan besar.