Presiden Georgia yang Pro-Barat Menolak Pergi dan Bersiap Untuk Pertikaian

Presiden Georgia yang Pro-Barat Menolak Pergi dan Bersiap Untuk Pertikaian

Pada 2025, situasi politik di Georgia semakin memanas dengan adanya ketegangan antara Presiden yang pro-Barat, Salome Zourabichvili, dan pihak-pihak yang ingin menggulingkannya. Georgia, sebuah negara kecil yang terletak di Kaukasus, telah lama menjadi medan persaingan geopolitik antara Rusia dan negara-negara Barat. Sebagai negara yang memiliki hubungan yang rumit dengan Rusia, Georgia berusaha untuk mempererat hubungan dengan Uni Eropa dan NATO, tetapi hal ini justru membuat posisi Presiden Zourabichvili semakin terancam.

Zourabichvili, yang menjabat sebagai Presiden sejak 2018, dikenal sebagai sosok yang sangat pro-Barat. Ia mendukung penuh integrasi Georgia ke dalam institusi-institusi Barat seperti NATO dan Uni Eropa.

Dalam menghadapi tekanan yang semakin besar, Zourabichvili menyatakan bahwa ia akan tetap bertahan dan siap untuk menghadapi pertikaian. Ia juga menegaskan bahwa masa depan negara ini bergantung pada kemampuannya untuk menjaga hubungan baik dengan Barat. Dalam pidato-pidatonya, Zourabichvili menyebut bahwa mengabaikan dukungan Barat akan membuat Georgia kembali terjebak dalam pengaruh Rusia, yang pada akhirnya akan merugikan kemajuan negara ini.

Presiden Georgia yang Pro-Barat

Konflik ini semakin memperburuk keadaan politik di Georgia, yang selama ini sudah terguncang oleh ketegangan internal dan eksternal. Banyak orang khawatir bahwa ketegangan yang terus berkembang akan berujung pada kekerasan atau bahkan kerusuhan yang lebih besar. Beberapa pengamat internasional juga memperingatkan bahwa situasi ini bisa memicu ketegangan lebih lanjut antara Georgia dan Rusia.