Penjualan Saham Memburuk Karena Wall Stree
Penjualan Saham Memburuk – Pasar saham Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan signifikan baru-baru ini, memicu kekhawatiran di kalangan investor dan ekonom mengenai dampak kebijakan Presiden Donald Trump terhadap perekonomian. Penurunan ini menimbulkan pertanyaan tentang seberapa besar dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh kebijakan tersebut terhadap stabilitas ekonomi AS.
Kebijakan Tarif dan Dampaknya – Penjualan Saham Memburuk
Salah satu faktor utama yang memicu penurunan pasar saham adalah kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Trump. Pemerintah AS memberlakukan tarif 25% terhadap barang-barang dari Kanada dan Meksiko, serta menggandakan tarif impor dari Tiongkok menjadi 20%. Ancaman penerapan tarif serupa terhadap Uni Eropa semakin memperburuk sentimen pasar. Langkah-langkah ini meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perang dagang yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global.
Akibat kebijakan tarif tersebut, indeks S&P 500 mengalami penurunan 6,4% dari rekor tertingginya, menghapus keuntungan senilai lebih dari US$3 triliun dalam waktu dua minggu. Indeks Russell 2000, yang awalnya melonjak karena optimisme kebijakan “America First,” kini telah merosot 16% dari puncaknya di akhir November. Saham-saham unggulan seperti Nvidia dan Tesla juga terkena dampak, dengan penurunan masing-masing 25% dan 45% dari rekor tertinggi mereka.
Reaksi Pasar dan Kekhawatiran Resesi
Penurunan tajam di pasar saham memicu kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya resesi di AS. Indeks Nasdaq, yang didominasi saham teknologi, mengalami penurunan lebih dari 10% dari puncaknya di bulan Desember. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average melemah 2,08% ke level 41.911,71.
Investor khawatir bahwa kebijakan tarif Presiden Trump dapat memicu resesi. Indeks S&P 500 turun 2,7%, sempat menyentuh level terendah sejak September. Nasdaq Composite mengalami sesi terburuk sejak September 2022, turun 4%.
Selain itu, meningkatnya ketidakpastian akibat perang tarif dengan Kanada, Meksiko, dan Eropa membuat para eksekutif dan dewan direksi harus meninjau kembali strategi mereka ke depan. Meskipun ketegangan dengan Tiongkok bisa masih bisa diterima pasar, kebijakan tarif terhadap Kanada, Meksiko, dan Eropa justru menimbulkan kebingungan.
Tanggapan Pemerintah dan Prospek Ekonomi
Di tengah kekhawatiran investor terhadap dampak kebijakan perdagangannya, Presiden Donald Trump enggan berspekulasi apakah AS akan menghadapi resesi. Sementara itu, Federal Reserve AS memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, sesuai prediksi pasar. Namun, mereka juga menurunkan proyeksi jumlah pemangkasan suku bunga tahun depan, dari empat kali menjadi dua kali hingga akhir 2025. Keputusan ini mengecewakan beberapa pelaku pasar yang berharap pernyataan Fed akan lebih akomodatif.
Ketua Fed Jerome Powell menegaskan bahwa perekonomian AS tetap kuat, inflasi juga semakin mendekati target 2 persen, dan kebijakan moneter saat ini sudah cukup untuk menghadapi berbagai risiko. Meskipun demikian, keputusan Fed ini memicu aksi jual di pasar saham.
Penurunan signifikan di pasar saham AS menyoroti kekhawatiran investor terhadap dampak kebijakan tarif Presiden Trump dan potensi resesi yang mungkin terjadi. Meskipun pemerintah dan Federal Reserve berusaha menenangkan pasar, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan perdagangan dan respons kebijakan moneter menambah tekanan pada pasar saham. Ke depan, penting bagi pemerintah dan otoritas moneter untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari kebijakan yang diambil guna menjaga stabilitas ekonomi dan kepercayaan investor.