Hisbah Kano Tangkap 20 Orang Karena Makan di Tempat Umum

Hisbah Kano Tangkap 20 Orang Karena Makan di Tempat Umum

Pada awal Maret 2025, Hisbah, polisi syariah di negara bagian Kano, Nigeria Utara, menggelar operasi penegakan hukum selama bulan Ramadan. Mereka menangkap 20 orang yang makan dan minum di tempat umum pada siang hari, serta lima pedagang yang menjual makanan saat jam puasa. Wakil Komandan Hisbah, Mujahid Aminudeen, menjelaskan bahwa operasi ini bertujuan menjaga kesucian Ramadan. Ia menegaskan bahwa tindakan ini tidak akan ditoleransi, khususnya bagi umat Muslim yang makan dan minum di tempat umum.

Operasi ini menargetkan orang yang tidak berpuasa dan pedagang yang menjual makanan selama umat Islam berpuasa. Aminudeen menambahkan, warga sering melaporkan orang yang makan di tempat umum. Karena itu, Hisbah segera bertindak. Mereka juga menindak individu dengan potongan rambut yang dianggap tidak pantas, orang yang mengenakan celana pendek di atas lutut, dan pengemudi becak motor yang mencampur penumpang laki-laki dan perempuan. Penegakan hukum ini hanya berlaku bagi umat Muslim, sementara minoritas non-Muslim tidak terpengaruh oleh hukum syariah di wilayah tersebut.

Hisbah Kano Tangkap 20 Orang

Pada Ramadan tahun lalu, Hisbah membebaskan beberapa pelanggar setelah mereka berjanji untuk berpuasa atau dijemput keluarganya untuk diawasi. Namun, tahun ini Hisbah menegaskan bahwa semua pelanggar akan diadili di pengadilan syariah dan dijatuhi hukuman sesuai hukum Islam yang berlaku di Kano. Penerapan hukum syariah di Nigeria bagian utara sudah berlangsung lebih dari dua dekade, dengan 12 negara bagian menerapkannya bersamaan dengan hukum sekuler. Hukum ini hanya berlaku bagi umat Muslim, sementara minoritas Kristen tidak terkena dampaknya.

Tindakan tegas Hisbah di Kano mencerminkan upaya pemerintah setempat untuk menegakkan aturan agama selama bulan suci Ramadan. Namun, pendekatan ini menimbulkan perdebatan tentang batas antara penegakan hukum agama dan hak individu. Beberapa negara dengan mayoritas Muslim menerapkan aturan ketat terkait puasa, sementara negara lain lebih fleksibel. Faktor budaya, politik, dan sosial mempengaruhi perbedaan ini.

Meski sebagian orang menganggap penegakan hukum seperti di Kano penting untuk menjaga nilai agama, hal ini dapat memicu kontroversi mengenai kebebasan pribadi dan hak asasi manusia. Oleh karena itu, dialog lintas budaya dan agama sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan toleran. Tindakan Hisbah di Kano menunjukkan bagaimana nilai-nilai tradisional dan agama bisa dipertahankan tanpa mengorbankan hak individu dan pluralitas sosial.