Sekitar 44% Anggota Parlemen Jepang Mendukung Sistem Nama Keluarga Ganda yang Selektif
Anggota Parlemen Jepang Mendukung Sistem – Di Jepang, sistem nama keluarga tunggal telah menjadi topik kontroversial dalam beberapa dekade terakhir, terutama terkait dengan peran perempuan dalam masyarakat. Baru-baru ini, sekitar 44% anggota parlemen Jepang mendukung penerapan sistem nama keluarga ganda yang selektif. Kebijakan ini memungkinkan pasangan suami istri untuk mempertahankan nama keluarga mereka masing-masing setelah menikah. Perubahan ini dapat memberi dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan politik di Jepang.
Latar Belakang Sistem Nama Keluarga Tunggal di Jepang
Hukum di Jepang mengharuskan pasangan yang menikah memilih satu nama keluarga saja. Biasanya, mereka memilih nama keluarga sang suami, meskipun dalam beberapa kasus, nama keluarga sang istri juga dapat dipilih. Sistem ini telah menjadi bahan perdebatan karena banyak orang merasa bahwa sistem ini tidak mencerminkan kesetaraan gender.
Tradisi ini mencerminkan norma sosial di Jepang, di mana perempuan sering kali dianggap memiliki peran domestik, sementara laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama. Banyak perempuan merasa kehilangan identitas setelah menikah karena mereka harus mengadopsi nama keluarga suami dan meninggalkan nama keluarga asal mereka.
Usulan Nama Keluarga Ganda yang Selektif
Pada awal Maret 2025, lebih dari 40% anggota parlemen Jepang mendukung penerapan sistem nama keluarga ganda yang selektif. Dalam sistem ini, pasangan yang menikah diberi kebebasan untuk memilih apakah mereka ingin mempertahankan nama keluarga masing-masing atau memilih satu nama keluarga saja. Pendukung kebijakan ini berargumen bahwa sistem ini memberi pasangan lebih banyak kebebasan dalam menjalani pernikahan mereka, terutama bagi perempuan yang ingin mempertahankan identitas mereka.
Namun, sistem nama keluarga ganda ini tidak bersifat wajib. Pasangan yang menikah masih dapat memilih untuk mengikuti sistem yang ada saat ini jika mereka lebih suka menggunakan satu nama keluarga saja. Beberapa anggota parlemen berpendapat bahwa sistem ini memberikan solusi tengah yang memungkinkan pasangan memilih sesuai dengan kenyamanan mereka, sambil tetap menghormati norma-norma tradisional.
Penyebab Dukungan 44% Anggota Parlemen Jepang Mendukung Sistem Nama Keluarga Ganda
Dukungan terhadap sistem nama keluarga ganda yang selektif muncul seiring dengan semakin tingginya kesadaran tentang kesetaraan gender di Jepang. Dalam beberapa tahun terakhir, perempuan Jepang semakin aktif di dunia profesional dan politik, serta menuntut hak yang lebih setara dengan laki-laki. Salah satu tuntutan utama mereka adalah pengakuan atas identitas mereka setelah menikah.
Banyak perempuan merasa bahwa perubahan sistem nama keluarga bisa menjadi simbol kesetaraan dan kebebasan pribadi. Dengan memperbolehkan nama keluarga ganda, pasangan dapat mempertahankan identitas mereka masing-masing. Hal ini mendukung kesetaraan dalam hubungan pernikahan dan mendorong perempuan untuk lebih aktif dalam kehidupan sosial dan profesional. Mereka tidak lagi terhalang oleh tekanan untuk mengadopsi nama keluarga suami.
Selain itu, perubahan ini mencerminkan perkembangan budaya yang lebih modern di Jepang. Banyak pasangan muda kini lebih memilih kebebasan dalam urusan pribadi, termasuk dalam memilih nama keluarga. Dengan kebijakan nama keluarga ganda, Jepang bisa menyesuaikan diri dengan tren global yang semakin menekankan hak individu dan kesetaraan gender.
Tantangan dalam Penerapan Sistem Nama Keluarga Ganda
Meski mendapatkan dukungan dari sejumlah anggota parlemen, penerapan sistem nama keluarga ganda yang selektif menghadapi tantangan besar. Salah satu hambatan utama adalah perlawanan dari kelompok konservatif yang mempertahankan nilai-nilai tradisional. Mereka berpendapat bahwa perubahan ini bisa mengganggu keharmonisan sosial dan melawan norma keluarga yang sudah ada sejak lama.
Selain itu, penerapan sistem ini berisiko menimbulkan kebingungan administrasi. Pasangan yang memilih untuk menggunakan nama keluarga ganda mungkin akan menghadapi kesulitan dalam pengurusan dokumen resmi, seperti akta kelahiran, pernikahan, dan dokumen identitas lainnya. Pemerintah Jepang perlu memastikan bahwa sistem ini berjalan lancar tanpa menimbulkan masalah hukum atau administratif.
Kesimpulan: Menyongsong Perubahan Sosial di Jepang
Dukungan terhadap sistem nama keluarga ganda yang selektif mencerminkan perubahan besar dalam masyarakat Jepang yang semakin terbuka terhadap gagasan kesetaraan gender dan kebebasan pribadi. Meskipun tantangan tetap ada, langkah ini dapat menjadi simbol penting bagi perempuan Jepang yang ingin mempertahankan identitas mereka setelah menikah. Dengan perdebatan yang semakin berkembang, perubahan ini kemungkinan besar akan terus menjadi topik utama dalam perbincangan tentang hak perempuan dan pembaruan sosial di Jepang.